Jakarta, 23 April 2018
Pagi itu aku terbangun seperti biasa. Karena sedang ada tamu bulanan, jadi aku bangun sudah cukup siang, jam 06.00. Hal pertama yang biasa aku lakukan setelah bangun tidur adalah melihat beberapa notifikasi di HP. Pagi itu aku mendapatkan chat line dari salah satu sahabatku, Dhinda Isabela
Pagi itu aku terbangun seperti biasa. Karena sedang ada tamu bulanan, jadi aku bangun sudah cukup siang, jam 06.00. Hal pertama yang biasa aku lakukan setelah bangun tidur adalah melihat beberapa notifikasi di HP. Pagi itu aku mendapatkan chat line dari salah satu sahabatku, Dhinda Isabela
'Beb doain aku ya hari ini aku ujian stan'
'Aku cuma butiran debu dr temen2ku yg pada les stan'
'Aku cuma butiran debu dr temen2ku yg pada les stan'
'Doain aku jd org yg beruntung bisa lolos'
'Hee'
'*hehe'
'HAPPY BIRTHDAY BUNDA MAAP AKU TELAT HEHE BUNDA DOAIN AKU YAA'
*emot kiss*
'Doain aku dalam 1/3 malam mu gutnaitttttt'
(jam 02.04)
Sebelum melihat chat dari Dhinda, aku sudah melihat instastory-nya sedang ada di jalan tol tadi malam. Ternyata dia baru saja pulang dari rumah Eyang Putri nya di Bandung. Singkat cerita aku berbalas chat dengan Dhinda, lalu dia pamit untuk berangkat test Stan di Bintaro, karena saat itu sudah jam 06.18. Setelah itu aku mandi dan membantu bunda yang pagi itu sudah sibuk di dapur. Selesai membantu bunda, aku melihat notifikasi di HP yang sedang aku charge di kamar. Ada salah satu Direct Message di Instagram dari seniorku sewaktu SMA, Kak Corina.
'Sa sdh dpt kabar duka? Dinda meninggal pagi ini ro' (jam 08.46)
'Dhinda? Dhinda siapa ya yang di maksud oleh Kak Cori?' aku berfikir dan memutuskan untuk telepon Kak Cori. Yang ada di fikiranku saat itu adalah, Dhinda yang aku kenal dengan Kak Cori hanya satu. Hal ini karena orangtua Kak Cori adalah sahabat baik orangtua Dhinda.
Tidak ada jawaban. Aku mulai panik! Akhirnya aku membalas DM dari Kak Cori
'Dhinda? Dhinda siapa ya yang di maksud oleh Kak Cori?' aku berfikir dan memutuskan untuk telepon Kak Cori. Yang ada di fikiranku saat itu adalah, Dhinda yang aku kenal dengan Kak Cori hanya satu. Hal ini karena orangtua Kak Cori adalah sahabat baik orangtua Dhinda.
Tidak ada jawaban. Aku mulai panik! Akhirnya aku membalas DM dari Kak Cori
'Dhinda siapa Kak Cori?'
Jawaban Kak Cori saat itu membuat aku terdiam, otak ku berhenti bekerja.
Jawaban Kak Cori saat itu membuat aku terdiam, otak ku berhenti bekerja.
'Dinda sa, adeknya kak dea.. ini jenazahnya msh di hermina sa baru mau kesana aku maaf td siap2 sa.'
Aku terduduk di lantai, membaca kalimat itu berulangkali. Apakah aku salah membaca? Dhinda? Mama Dhinda? Papa Dhinda? Tidak! Tidak ada kata Mama ataupun Papa, hanya Dhinda. Saat itu langsung histeris. Dhinda, dhinda yang beberapa waktu jam lalu masih membalas chatku dan sekarang aku dikabarkan kalau Dhinda meninggal?
Aku berlari kearah bunda, memeluk bunda dan berteriak.
'Bundaaaa Dhinda bunda!! Dhindaaaaa'
Aku berlari kearah bunda, memeluk bunda dan berteriak.
'Bundaaaa Dhinda bunda!! Dhindaaaaa'
Ya, Dhinda meninggal pagi itu. Dhinda kecelakaan saat sedang berangkat ke tempat test. Dia meninggal waktu perjalanan dibawa ke rumah sakit.
Saat itu juga, aku diantar oleh sepupu ku kerumah duka. Tidak lama setelah aku datang, jenazah datang, aku hanya diam. Aku hanya bisa melihat para petugas rumah sakit yang membawa jenazah masuk ke dalam rumah. Sepupu ku memeluk ku, tangis ku pecah kembali. Semua seperti mimpi. Saat jenazah masuk ke dalam rumah, aku mendengar suara itu. Suara yang sampai sekarang yang masih sering membuat aku merinding dan menangis, suara Mama Dhinda.
'Adiiiiiiiiiiiik!!!!!!!!!!'
Jeritan seorang Ibu yang kehilangan putri bungsunya. Setelah keadaan di dalam sudah mulai tenang, aku masuk. Tangis ku pecah kembali saat itu juga. Aku melihat Dhinda yang sudah ditutup kain. Tidak lama kemudian datanglah Keyvi, sahabat Dhinda yang juga dekat denganku. Tangisku pecah kembali waktu memeluk Keyvi.. Kami berdua, kehilangan sahabat terbaik kami.
Jeritan seorang Ibu yang kehilangan putri bungsunya. Setelah keadaan di dalam sudah mulai tenang, aku masuk. Tangis ku pecah kembali saat itu juga. Aku melihat Dhinda yang sudah ditutup kain. Tidak lama kemudian datanglah Keyvi, sahabat Dhinda yang juga dekat denganku. Tangisku pecah kembali waktu memeluk Keyvi.. Kami berdua, kehilangan sahabat terbaik kami.
Setelah jenazah dimandikan dan dikafankan aku masuk lagi. Aku, Keyvi dan beberapa sahabat Dhinda waktu SMP minta izin untuk ngeliat jenazah Dhinda untuk yang terakhir kalinya, dan lagi - lagi, tangisku pecah.
Siang itu juga jenazah di makamkan di dekat rumah Dhinda. Ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan, mengantar sahabat terbaikku ke tempat peristirahatan terakhirnya...
Sekarang Dhinda sudah tenang. Dhinda sudah bahagia di Jannah Allah.
Satu hal yang aku sesali hingga sekarang adalah, hari itu, hari Jumat, 2 hari sebelum Dhinda pergi. Orangtua ku datang ke sekolah adikku. Adikku dan adik dhinda ada di satu sekolah yang sama. Biasanya, saat orangtua ku sedang mengambil raport adikku, Dhinda akan datang juga menemani mamahnya dan bertemu dengan ku. Tidak dengan hari itu, dengan berbagai macam alasan dia tidak bisa bertemu denganku dan kami merencanakan untuk bermain setelah dia test Stan.
Rencana Allah memang diluar kuasa manusia.. Dhinda ternyata dipanggil Allah bahkan sebelum sempat ikut test Stan.
Beberapa minggu sekali, aku rutin mengunjungi makam Dhinda. Aku pergi ke makam Dhinda lebih sering sendiri, disana aku bercerita, ketawa, dan menangis sendiri. Anehnya, aku selalu merasa lebih tenang setelah pergi ke makam Dhinda. Kalau kangen, aku hanya bisa mengirimkan doa - doa untuk Dhinda. Sampai hari ini, baru sekali Dhinda datang dalam mimpiku, saat aku terbangun mataku sudah basah. Ahhh.. aku rindu. Rindu sosok yang selalu mengingatkanku untuk melakukan kebaikan. Dhinda yang tidak pernah putus puasa sunnahnya, Dhinda yang selalu rajin solat 1/3 malamnya.
Dear Dida,
Didaaaa, sudah bahagia? Aku kangen! Sekarang sudah ngga ada yang tiba - tiba chat aku dan cerita panjang lebar karna lagi galau. Sudah ngga ada yang nemenin aku nonton CJR pastinya. Coklat itu da, coklat terakhir di pertemuan kita terakhir waktu kamu lagi UN. Coklat yang kata Dida ngga mau dimakan karna lucu dan baunya enak, haha! Da, dateng ke mimpi aku lagi ya. Aku suka sedih kalo liat Mama Dida yang selalu nangis kalo aku dateng ke pengajian Dida. Sekarang dirumah tinggal ada Kak Dea ya, Mama kesepian deh. Da, ternyata lagu Monokrom kesukaan kita itu bisa ngegambarin kita banget, dan aku selalu nangis kalo denger itu. Oia, aku juga ada janji mau ngenalin abang kan, nanti kalo dia main ke sini aku bawa ke makam Dida yah.
Dida sayang, bahagia terus ya disana. Doa kami disini selalu untuk kamu, tidak akan pernah berhenti. Semua orang disini sayang sama Dida. Terimakasih pernah menjadi bagian hidup aku, jadi sahabat yang selalu mengajarkan banyak hal.
Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya sayang, semoga kita bertemu di Jannah Allah kelak, Inshallah.. Aamiin...
Al Fathihah...
Dari aku yang nunggu kamu dateng di mimpi aku.
Warm hugs,
Khansaa
Comments
Post a Comment